“Ini adalah kekalahan kita yang pertama di kandang kita sendiri, mari kita rayakan bersama!” sahut seorang pelatih tim sepakbola dalam ruang ganti timnya. Ia adalah seorang pelatih asal Indonesia yang sudah memegang lisensi kepelatihan tingkat FIFA. Karena kedekatannya dengan Harry Thohir, sang pemilik klub sepakbola asal Indonesia juga, pelatih asal Indonesia tersebut mendapat kepercayaan menduduki kursi kepelatihan King Park Rangers, klub yang baru terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Inggris.
“Apakah kau bercanda coach?! Ini kekalahan bukan kemenangan, bukankah ini sangat memalukan? Ini kekalahan besar! hampir setengah lusin bola tadi memasuki jala kita!” Sahut Timberlake sang penjaga gawang.
“Aku adalah pelatih kalian! Aku yang memegang kendali kalian!” jawab sang pelatih.
semua pemain kecuali Timberlake tidak heran dengan keputusan pelatih, karena setiap apapun itu yang baru pertama kali terjadi pelatih asal Indonesia itu selalu mengadakan pesta, herannya hamipir setengah musim ia belum pernah mengadakan pesta kemenangan, hal ini disebabkan karena ia belum mempersembahkan satu pun kemenangan, dan lebih herannya lagi Harry Thohir tetap saja memberikan kursi kepada pelatih tersebut.
Saat pesta kekelahan berlangsung.
“Semuanya bersenang-senanglah karena ini adalah kekalahan pertama kita di kandang sendiri!! Kita semua bosan dengan hasil imbang terus menerus di depan para fans kita” Seru sang pelatih.
Di sudut lain Timberlake sedang berbisik dengan kiper cadangan di timnya “padahal di stadion kita tidak ada penonton kecuali para bandit yang meneriaki kita dengan cacian”
“hahaha, Thohir juga bodoh! Ia tidak peduli dengan klub ini! Orang Indonesia memang payah!”
Di sela-sela obrolan mereka, Harry Thohir tiba-tiba datang dan memotong pembicaraan mereka. “kami memang payah! Tapi tidak sepayah yang kalian kira!” potong Thohir
“yeee, lihat bos kita datang! Thohir! Mari bergabung, kita sedang merayakan kekalahan kami!” seru sang pelatih.
“bodoh! Ayo ikut saya!” Thohir langsung menarik sang pelatih.
Mereka berdua menuju ke tempat yang lebih sepi, “Rahmad Rupawan, lo ini gimana sih! Udah gua kasih uang transfer malah buat pesta yang gak berenti-berenti! staff udah bagus, fasilitas oke, malah yang enggak-enggak! Lo tau gak?! Media di Indonesia itu udah banyak mempertanyakan kinerja kita! Bahkan media di Inggris juga ngait-ngait nama Indonesia! Abis itu nama gua sebagai pengusaha tercoreng gara-gara lo, abis itu semua klien menjauh dari gua, pokoknya gua gak mau tau lo harus naikin pamor KPR! Gua kasih kesempatan terakhir buat lo, pekan depan pokoknya lo dan tim lo harus maen greget, inget gua ada di tribun minggu depan!” oceh Thohir yang sudah geram dengan kelakuan Rahmad Rupawan, sang pelatih.
“mmm, udah saatnya ya? Tenang Hir! Ini udah gua rencanain dari awal”
Sang pelatih lekas berteriak kepada semua skuad nya “pesta di hentikan..!!! pekan depan akan ada pesta yang lebih menarik!!!”
Sementara itu di Indonesia.
“Pak korannya Pak? Edisi terbaru nih Paak?! Rahmad Rupawan terancam lengser, ayo Pak beli!” tawar seorang penjual koran keliling.
“Dek! Satu..” seru seorang pemuda yang sedang nongkrong di warung kopi.
Baru sedikit yang pemuda itu baca, tiba-tiba orang lain menyahut “aah.. goblok itumah Rahmad Rupawan mending balik aja ke Indonesia ngelatih Timnas biar tmbah ancur tuh Timnas, pusing-pusing amat”
“iya tuh, balikin aja King Park Rangers ke negara tetangga, Thohir juga geh goblok beli tim bola kok yang jelekan!” sahut sang pemilik warung.
“mohon maaf sekali, Pak! Mereka disana itu ada tujuan, bukannya gak ada tujuan. Tujuan mereka itu supaya Indonesia dikenal, biar pemain lokal di Indonesia bisa ke luar sana Maen di liga Inggris..! ini juga untuk memajukan kita Pak, bukan apa!” bentak si Pemuda sembari angkat kaki dari warung tersebut.
“aihh, anak muda. Belum tau apa-apa..” bisik si pemilik warung.
Kembali ke Inggris
Hari demi hari berlalu, sang pelatih mulai menunjukkan keseriusannya. Ia mulai ambil alih sesi latihan, penerapan taktik dan segalanya yang ia pelajari selama kursus kepelatihan. Namun ada satu kendala, lawan yang dijamu adalah Bringingham yang menghuni puncak klasmen, sedangkan timnya sendiri adalah penghuni setia dasar klasmen, terlebih Bringingham tidak pernah terkalahkan selama kompetisi berlangsung, terlebih Bringingham selaku tuan rumah, terlebih Bringingham tak pernah kejebolan, terlebih Bringingham dihuni pemain kelas kakap, terlebih, terlebih, terlebih.
Hari-hari berlalu begitu saja dan Matchday yang dinanti-nanti telah datang, di dalam pesawat sang pelatih hanya diam, tak seperti biasanya yang selalu membawa timnya dalam keadaan riang, semuanya hening, hanya suara mesin pesawat yang bising yang memenuhi kabin pesawat, hal ini berlangsung hingga pesawat mendarat di bandara. kondisi tetap hening, ketika semua skuad dan official sudah menaiki bus. Bahkan memalukan ketika sampai di Stadion megah Bringingham, seorang fans Bringingham membawa poster selamat datang yang bertuliskan “selamat datang King Park Rangers, terimakasih karena kemenangan sudah milik kami, karena kalian selalu membawa kekalahan”. Hingga turun dari bus tetap tak bersuara, semua pemain malu akan kelemahan mereka, semua dari mereka tak ada yang dikenali tak ada yang hebat dari mereka di mata mereka hanya bisa melihat pemain Bringingham yang sibuk diwawancarai. Namun tiba-tiba seorang peliput media mendatangi sang kapten KPR yang sudah veteran.
“jangan kamu jawab jika kamu tak ingin malu” kata seorang panpel yang mengawal tim KPR.
“permisi apakah ini tim KPR?” tanya wartawan.
“iya anda bertanya pada orang yang tepat” jawab sang kapten dengan senyum.
“kira-kira akan ada berapa bola yang akan masuk ke gawang anda?” tanya wartawan.
“tidak ada! Mungkin selesai pertandingan anda akan lihat para fans brigingham melepas jersey kebenggaanya, dan akan meneriaki kami ‘Kalian luar biasa!’ ” jawab sang kapten tegas.
“apakah anda berkhayal? Hahaha” ejek para wartawan.
“berkhayal adalah kunci kami menuju kemenangan!” para wartawan pun terdiam.
Setelah sesi wawancara selesai, seluruh skuad berjalan bersama saling bergandengan tangan hingga sampai pada ruang ganti, di ruang ganti suara tetap hening sehening telivisi tanpa volume. Tetapi di saat hening sekali itu, tiba-tiba terdengar lagu D’masiv yang berjudul Jangan Menyerah, dan ternyata itu adalah ulah sang pelatih. Sambil menyetel lagu itu keras-keras sang pelatih memberi sedikit instruksi.
“kalian tak akan tahu arti dari lagu ini, tapi saya tak akan membahas lagu ini. Saya akan membuat satu pertanyaan saja, dalam serial apakah lagu ini di putar?” tanya sang pekatih.
Seluruh pemain sangat serius dalam menjawab pertanyaan tersebut, bahkan ada yang browsing google untuk mendapatkan jawabannya, mungkin mereka pikir ini adalah salah satu trik menuju kemenangan. Di sela-sela kesibukan para pemain mencari jawaban tiba-tiba Thohir datang, dengan gaya yang cool ia menjawab pertanyaan tersebut.
“mana mungkin aku lupa serial tersebut, aku bisa jawab pertanyaan tersebut. Lagu itu diputar dalam serial Dragon-ball yang sering aku tonton berdua dengan pelatih kalian!”
Seketika Harry Thohir berbisik-bisik pada Rahmad Rupawan.
“Wan apa yang lo lakuin ke mereka! Gak nyambung banget apa yang lo tanyain, herannya ngapa mereka mau-mauan aja?”
“itu akibat training motivasi dari Mario Teguh, tadi malem nonton gak lo? Gua cuman ngetes mereka, mereka mau menerima sugesti atau tidak, ternyata mereka mau melakukan walaupun itu bodoh. Sudah lah gak penting, gua mau ngasih sugesti lagi”
“ayo semuanya, tukerlah sebelah sepatu kalian dengan teman kalian, walaupun ini terlihat bodoh kalian akan merasakan apa yang namanya kerjasama” teriak sang pelatih, dan herannya lagi para pemain menuruti coach mereka.
“ayo semuanya berkumpul, kita akan perlihatkan ke dunia bahwa kita bisa, kita akan bersenang-senang! Ingat ibaratkan lah bola itu sebagai istri anda, jangan bermain keras, kasar, bermainlah dengan lembut dan ikuti aliran permainan, dengan begitu bola akan bermuara ke gawang lawan! Oke ada pertanyaan?!” instruksi sang pelatih.
“ada Coach! Bagaimana mungkin aku mengibaratkan bola sebagai istri saya, jika saya sendiri tidak memiliki istri!” tanya seorang pemain.
“pertanyaan bagus! Jika seperti itu, kejarlah bolamu sampai dapat, dan jika dapat perlakukanlah ia dengan baik, jangan biarkan ia lepas darimu bawa ia ke tujuan mu, jika kau terdesak titiplah ia ke teman yang paling engkau percayai! dengan begitu engkau akan mudah mendapatkan istri!” jelas sang pelatih.
Semua pemain telah jelas, semuanya menangkap instruksi pelatih. Pertandingan pun dimulai dan peluit dibunyikan, semua pemain KPR kewalahan mengimbangi permainan Bringingham, pemain Bringingham seperti menggunakan sihir, alhasil setengah lusin bola telah menjebol gawang Timberlake tanpa balas, namun sang pelatih tetap dingin di banch sambil mendengarkan lagu lewat headsheat, mungkin si pelatih mendengarkan lagu Jangan Menyerah, di sisi lain para staff lainnya pasrah dengan kelakuan sang pelatih, tak mungkin para staff marah, karena ini sudah siaran langsung TV lokal Inggris.
Peluit akhir babak pertama di bunyikan, dan para pemain memasuki ruang ganti dengan kondisi lemas dan kasihan. Para wartawan mengejek mereka, fans dan panpel juga mengejeknya.
“kenapa kalian pasrah? Tenang saja masih ada babak kedua!” jelas pelatih.
“bukannya begitu coach, kalah lebih dari lima gol kami sudah mengalaminya, jadi tidak akan ada pesta nanti malam” jelas sang kapten.
“Oke semuanya!!! Kalian ingin pesta?!” teriak sang pelatih.
“mauuu!!!” jawab serentak para pemain, kecuali Timberlake.
“Timberlake kau tak mau pesta? Oke ya sudahlah, semuanya!! Masih ada babak kedua kita akan membakar mereka senua, kita habisi mereka semua, kita robek jala mereka kita akan mencetak gol!! walaupun hanya satu, ingat bola adalah istri! dan ingat jika kita mencetak satu gol ke gawang mereka, kita akan jadi yang pertama yang mencetak gol ke gawang mereka! Dan kau tahu apa artinya? Kita akan pesta malam ini juga!!! Ayo semangat! apa gunanya kalian bertukar sepatu!!??” semangat Sang pelatih.
“iya benar, semuanya??!! Kita akan pesta!!!” teriak sang kapten.
“tetap saja nanti aku akan kejebolan” kata Timberlake jauh dari keramain.
Pertandingan babak kedua dimulai, peluit tanda kick off babak kedua di tiup sang wasit. Bringingham dikejutkan dengan semangat para penggawa KPR, baru saja menit 46 gawang Bringingham sudah kejebolan, selebrasi luar biasa dilakukan oleh sang kepten, sehingga selebrasi tersebut memerlukan waktu yang lama, hingga menit 50 ia tetap selebrasi padahal bukan ia yang mencetak golnya, alhasil ia dihadiahi kartu merah oleh wasit. Hal tersebut malah membuat semangat skuad KPR berkobar, apalagi setelah sang kapten memberikan teriakan semangat.
“kalian memang kalah! Tapi buktikan jika kita memang layak untuk mencetak gol lagi” teriak sang kapten.
Dalam sekejap mata, lagi-lagi bola bersarang ke gawang Bringingham, para skuad dan official merayakannya dengan cara bergandengan ambil menyanyikan lagu D’masiv jangan menyerah. Setelah kejebolan dua gol Bringingham tak tinggal diam, mereka mencoba menembus pertahanan KPR namun belum sampai kotak penalti, bola mereka sudah direbut oleh pertahanan KPR. Bahkan Timberlake belum sama sekali menyentuh bola karena sangking solidnya pertahanan KPR.
Hingga menit 80, sepuluh pemain KPR telah memborbadir Bringingham, alhasil tiga gol bersarang ke gawang Bringingham lagi, sehingga kedudukan semntera 6-5 untuk Bringingham, memang sulap tanpa sihir sampai waktu tambahan Timberlake belum menyeentuh bola, tetapi akhirnya ia dapat menyentuh bola di menit 93, karena tim KPR dihadiahi tendangan penalti dan kebetulan Timberlake yang dari tadi belum menyentuh bola. Dengan begitu ia yang mengeksekusi hadiah tersebut, dan yang benar saja Timberlake mencetak gol dengan sentuhan pertamanya di menit 93, ini adalah yang pertama juga.
Para penggawa KPR pun selebrasi bagaikan pemenang turnamen Champion Eropa dan akhirnya peluit panjang telah dibunyikan oleh wasit, tanda selesainya pertandingan. Bringingham kagum akan semangat yang tumbuh dari skuad KPR. Para penonton memberikan apresiasi yang luar biasa.
Kini King Park Rangers mendapatkan hasil imbang pertama di laga tandang, dan itu dilakukan hanya dengan 10 pemain. Para media sibuk meliput dan mewawancarai tim KPR, karena mereka luar biasa, tim dasar klasmen yang mampu mencetak gol untuk pertama dan keenam kalinya ke gawang Bringingham, tim papan atas yang tak pernah kejebolan. Dan KPR pun merayakan malam penuh dengan pesta. Dan untuk laga-laga berikutnya, KPR tidak canggung lagi untuk bertanding, bahkan mereka tak pernah kemasukan bola setelah pertandingan melawan Bringingham, kini KPR sudah bangkit dari tidurnya yang lama dan menunjukan kelasnya dengan semangat yang luar biasa.
Dan mengenai kapten KPR, ia harus mengalami cedera aneh yang tak bisa disembuhkan. Ia mengalami penyakit aneh setelah pesta malam itu. Setelah malam itu ia selalu datang ke stadion Bringingham dan melakukan kegiatan selebrasi tanpa gol, entah apa yang menyebabkannya seperti itu. Tak lama kemudian dari datangnya penyakit aneh itu, ia gantung sepatu, dan kemudian ia sering mendapat panggilan dari sejumlah talk show di TV lokal Inggris, kini ia menjadi Mario Teguhnya Inggris karena kata-kata bijaknya.
Kalau berbicara tentang kedua orang Indonesia itu, mereka berdua menjadi bintang iklan di negaranya sendiri, mereka memenuhi layar kaca Indonesia dengan iklannya bersama sebuah produk makanan praktis yaitu sosis oh-nice. Tak jauh berbeda dengan sang kapten, mereka berdua juga sering terlihat di sejumlah talkshow di TV lokal maupun internasional. Karena mereka berdualah yang menyukseskan lagu D’masiv jangan menyerah, kini lagu itu diputar di stadion KPR sebelum pertandingan dimulai, dan sekarang lagu tersebut sudah tidak diputar lagi dalam serial Dragon-ball.
Dan terakhir, Timberlake kini tak pernah lesu ketika ada matchday, karena kini ia jarang berjibaku menjaga gawangnya, karena sekarang tim yang bernama KPR atau King Park Rangers sudah tidak di dasar klasmen lagi karena sekarang tim KPR sudah sebesar tim besar lainnya setara dengan The Reds, The Blues, The Reds Devil, The Citizen, The Gunners, dan sekarang mereka mendapatkan julukan The Crazy boys, karena mereka selalu melakukan kebodohan demi kemenangan, itulah mereka ’KPR’ Komisi Perlindungan Rakyat.
Cerpen Karangan: Muhammad Septian Rachmandika
Facebook: Muhammad Septian Rachmandika