Abdurrahman Wahid, yang lebih akrab dipanggil Gus Dur adalah presiden keempat Republik Indonesia yang dilahirkan dari keturunan “darah biru”. Gus Dur lahir di Denanyar Jombang Jawa Timur pada 4 Agustus 1940. Beliau adalah putra pertama dari enam bersaudara.
Ayahnya, K.H Wahid Hasyim adalah putra K.H Hasyim Asy’ari, pendiri jami’iyah Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, dan pendiri Pesantren Tebu Ireng di Jombang. Sedangkan ibundanya, Ny.Hj.Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri.
Gus Dur mulai mengenal dunia politik dari kolega ayahnya yang seringkali mangkal di rumahnya. Pada bulan April 1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai mobil ke Jawa Barat untuk meresmikan madrasah baru. Namun, di sebuah tempat di sepanjang pegunungan antara Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur selamat, sedangkan ayahnya meninggal.
Gus Dur sangat gemar membaca. Ia sering memanfaatkan waktu luangnya untuk pergi ke perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu, beliau juga aktif berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta.
Masa remaja Gus Dur dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo dengan mengembangkan ilmu pengetahuannya. Kemudia, tinggal di Jombang, dan sampailah kesempatan melanjutkan pendidikan ke Mesir. Namun, sebelum berangkat, pamannya melamarkan seorang gadis untuknya. Gadis itu adalah Sinta Nuriyah, anak dari Haji Muh Sakur. Perkimpoiannya dilaksanakan di Mesir.
Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkimpoiannya dilaksanakan ketika ia berada di Mesir.
Setelah mendapatkan pendidikan yang cukup, Gus Dur kembali dan memilih menjadi guru, sekretaris, penulis, kolumnis, dan lain-lain.
Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-’aqdi yang diketuai K.H. As’ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994).
Namun, Gus Dur melepas jabatan ketua umum PBNU ini dan kemudian menjabat sebagai presiden RI yang keempat. Meskipun sudah menduduki jabatan sebagai presiden, tetap saja kenylenehan Gus Dur tidak hilang begitu saja. Bahkan semua masyarakat semakin mengetahuinya.
Nama Asli : Abdurrahman Wahid
Julukan/Gelar : Presiden keempat Indonesia
Tempat, tanggal lahir : Denanyar Jombang (Jawa Timur), 4 Agustus 1940
Wafat :
Karya/Temuan : -
Bidang Yang Digeluti : Politik
Nama Orangtua : K.H Wahid Hasyim dan Ny.Hj.Sholehah
Nama Istri dan anak : Sinta Nuriyah (Istri)